Rabu, 27 Oktober 2010

NEGOSIASI

Negosiasi ada macam-macam jenisnya. Antara lain negosiasi bisnis (jual beli) antara dua pihak yang ingin melakukan kerjasama bisnis seperti contoh diatas. Kemudian lainnya negosiasi pihak manajemen dengan pekerja, negosiasi politik hingga negosiasi sehari-hari. Berikut ini adalah karakteristik dalam suatu negosiasi bisnis.

Negosiasi bisnis berbeda dengan jenis negosiasi lainnya. Dalam suatu negosiasi bisnis, setiap pihak yang terlibat berusaha untuk menemukan suatu win-win solution. Dalam win-win solution, kedua pihak sama-sama mencari solusi yang dapat memuaskan bagi kedua belah pihak.

Dalam suatu negosiasi bisnis, dapat melibatkan pula pihak ketiga baik langsung maupun tidak langsung. Hal yang terpenting adalah, dalam negosiasi bisnis kita harus mengetahui pihak mana yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sehingga kita tidak melakukan langkah yang salah dalam negosiasi. Jangan sampai kita sudah melakukan negosiasi panjang, ternyata pihak lawan bukanlah key person yang berpengaruh dalam isu tersebut.

Informasi antara kedua pihak bersifat relatif terbuka, karena keduanya berusaha untuk mencapai win-win solution. Kedua pihak sama-sama berusaha untuk saling memahami satu sama lain.

Sehingga, negosiasi bisnis ini selain berorientasi pada transaksi bisnis, juga memperhatikan orientasi hubungan antara kedua belah pihak. Kedua pihak saling berusaha untuk memahami dan bekerjasama untuk memperoleh solusi yang memuaskan. Jika hubungan antara kedua belah pihak baik, maka terdapat kemungkinan untuk adanya hubungan mutual di masa yang akan datang.


Oke.oke.oke kita mulai, yang d atas ini adalah contoh bagimana bernegosiasi dalam berbisnis, tentu itu sangat penting bagi perusahaan agar bisa mendapatkan profit dari sebuah negosiasi yang dibicarakan, dalam bernegosiasi berarti ada pendapat yang disampaikan, dan proses menyampaikan pendapat memerlukan suatu teknik tersendiri agaryang kita sampaikan bisa menggugah pihak lain untuk tergerak. Dengan kata lain,kepentingan sebuah kelompok perlu dibingkai sehingga setiap kelompok lain pun bisa melihat bahwa mereka akan diuntungkan jika menyetujui. Proses ini disebutmengemas pesan atau membingkai pesan, dalam istilah NLP disebut sebagai framing dan reframing. Oke,lanjut, disini kita harus mengetahui apa itu negosiasi.


Apa itu Negosiasi...?

Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.

Definisi dari Negosiasi

Menurut Brian Finch kata negosiasi berasal dari bahasa latin yang berarti bisnis. Kata ini mengandung makna, dimana pembelian atau tawar menawar merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Sedangkan pengertian Negosiasi menurut Pierre Casse adalah : 1) Proses komunikasi dua pihak, 2) Persepsi/ asumsi, kebutuhan, motivasi/ harapan berbeda, 3) Mencoba bersepakat demi kepentingan bersama.

Definisi Negosiasi menurut Robert Heron dan Carolin Vandenabeele adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan bertemu dan berbicara dengan maksud untuk mencapai suatu kesepakatan.

Menurut Phil Baguley , dijelaskan tentang definisi negosiasi yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.

Menurut Fisher dan Ury , negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda.

Menurut Gary Goodpaster , negosiasi adalah proses interaksi dan komnikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negosiasi adalah (1) proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yg lain; (2) penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.

Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran batang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi bukan sekedar alat untuk memenangkan kepentingan melalui proses tawar menawar atau konsensi tertentu tetapi sebagai proses merumuskan kepentingan yang mungkin ditawarkan kepada pihak lain tanpa mengurangi posisi dan martabatnya.


Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari bangun pagi, mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu. Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan sekerja kita.

Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain. Negosiasi dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai dari anak kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di kalangan atas.

Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih baik dengan siapa saja.


Konsep Negosiasi

Negosiasi terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.

Dalam buku Teach Yourself Negotiating, karangan Phil Baguley, dijelaskan tentang definisi NEGOSIASI yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Sedangkan negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:

1. senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;

2. memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;

3. menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter);

4. hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;

5. negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;

6. ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.


Jenis-jenis negosiator dilihat dari nilainya diantaranya adalah :

1. Value Claimers

Negosiasi adalah proses pertikaian, masing-masing pihak berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau kemenangan dan memberikan sedikit mungkin jatah atau kemenangan bagi lawannya. Cara yang digunakan adalah taktik yang manipulatif, argumen yang memaksakan, konsesi terbatas dan tawar menawar yang alot.

2. Value Creators

Mengutamakan proses yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Mencoba untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak yang bernegosiasi. Cara yang digunakan adalah dengan mengembangkan hubungan yang kolaboratif, mengutamakan penyesuaian kepentingan kedua belah pihak, bersikap ramah dan kooperatif.

Unsur-unsur Negosiasi:

• Ketergantungan dalam suatu tingkatan, antara pihak-pihak yang terlibat

• Ketidaksepakatan atau konflik (baik konflik nyata atau yang tersembunyi)

• Interaksi yang opurtunistik (setiap pihak punya keinginan untuk berusaha mempengaruhi orang lain)

• Kesepakatan


Tujuan Negosiasi :

• Tujuan Agresif, berusahan memperoleh keuntungan dari kerugian (damage) pihak lawan.

• Tujuan Kompetitif, berusaha memperoleh sesuatu yang lebih (getting more) dari pihak lawan

• Tujuan Kooperatif, berusaha memperoleh kesepakatan yang saling menguntungkan (mutual gain)

• Tujuan Pemusatan Diri, berusaha memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan penerimaan pihak lain.

• Tujuan Defensif, berusaha memperoleh hasil dengan menghindari yang negatif

• Tujuan Kombinasi


Langkah-langkah bernegosiasi

Ø Persiapan

Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.

Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi (sudah pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 22). Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.


Ø Pembukaan

Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:

a. Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;

b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;

c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;

d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.

Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.


Ø Memulai proses negosiasi

Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:

a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok negosiasi;

b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;

c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka;

d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;

e. Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.

f. Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.


Ø Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)

Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli.

Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.


Ø Membangun Kesepakatan

Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya.

Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan.

Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.

Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih banyak hal lain yang tidak bisa dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi kita selaku praktisi Mandiri, kita harus tahu bahwa negosiasi bukan hal yang asing.

Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap hari setiap saat. Selain itu negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan seluruh hati dan pikiran kita), memerlukan penguasaan metoda atau pun teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan dalam membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan benar. (*)



Kesimpulan

Negosiasi merupakan istilah yang umum digunakan dalam dunia bisnis dan manajemen yang kemudian dalam perkembangannya diterapkan dalam bidang lain. Negosiasi bukan sekedar alat untuk memenangkan kepentingan melalui proses tawar menawar atau konsesi tertentu, tetapi sebagai proses merumuskan kepentingan yang mungkin ditawarkan kepada pihak lain tanpa mengurangi posisi dan martabatnya.

Negosiasi tidak akan akan pernah mencapai kesepakatan atau keputusan positif kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita.

Sekian dan Terima Kasih

Rabu, 13 Oktober 2010

Konflik orang tua yang memaksa

Konflik orang tua yang memaksa
Terasa begitu berat jika hidup yang kita jalani hampir selalu terjadi perbedaan pendapat dengan orang tua, dan meskipun sebenarnya orang tua tidak ingin anaknya berjalan pada kehidupan yang tidak menyenangkan tetap saja selalu terjadi perbedaan pendapat. Pengambilan keputusan menjadi relatif mudah bila konflik itu mengenai hal yang sama-sama diinginkan. Ini disebut konflik mendekat-mendekat, misalnya ingin berkunjung kepada ibu atau kepada atasan pada hari Lebaran. Atau antara dua hal yang sama-sama ingin dihindari yang disebut konflik menjauh-menjauh. Misalnya, harus bekerja atau melanjutkan kuliah. Paling sulit memutuskan konflik bersifat mendekat-menjauh, seperti dialami seseorang berikut ini.

”Saya menjalin hubungan dengan To hampir dua tahun. Saya memutuskan berpisah karena dia telah empat kali berkhianat dengan menduakan saya. Pertama masih saya maafkan dengan harapan dia bisa berubah. Hingga empat kali, saya benar-benar tak sanggup lagi.

Saya sangat menyesal pernah melakukan hubungan terlarang dengan dia. Mungkin ini yang membuat saya berat melepas hingga dia besar kepala dan tega menyakiti saya berkali-kali. Akhirnya saya mengenal Bi. Orangnya baik dan jujur menceritakan latar belakang keluarganya. Kami pun berpacaran. Dari awal saya berusaha jujur juga. Saya katakan saya sudah tidak perawan lagi dan dia bisa menerima keadaan. Dua bulan kemudian To muncul lagi. Dia ingin kembali kepada saya. Saya bingung, tetapi tak tega kalau harus menyakiti Bi. To terus meneror lewat SMS, telepon, dan datang ke rumah. Dia bahkan mohon kepada Bi lewat e-mail. Saya jadi habis kesabaran dan benci kepada dia. Saya jutekin kalau datang. Celakanya dia berhasil menarik simpati orangtua dan saudara saya. Mereka menceramahi dan memarahi saya. Saya dibilang kejam dan tidak sopan. Ibu tidak setuju saya berpacaran dengan Bi dan berharap kembali kepada To. Sekarang saya dan Bi sudah bekerja, Bi giat bekerja agar nantinya bisa menikahi saya. Yang memusingkan saya, saya tidak ingin mengecewakan orangtua, tetapi juga tidak mau kehilangan Bi. Saya stres banget menghadapi hal ini.”

Konflik mendekat-menjauh
Konflik yang dihadapi memang berat. Ia bermaksud melanjutkan hubungan serius dengan Bi. Ia merasa aman dan cocok dengan Bi (mendekat), tetapi dia juga takut berdosa dan mengecewakan bila tak patuh kepada orangtua (menjauh).

Konflik semacam ini lebih sulit menyelesaikannya dan menghabiskan banyak pikiran. Wajar jika ia tak bisa fokus dan ingin pergi ke psikiater karena sudah merasa tak bisa menghadapinya. Sebab itu, sebaiknya Na tidak terburu-buru mengambil keputusan. Banyak hal perlu dipertimbangkan.

Sebelum berkonsultasi dengan ahli dan berobat, saya menyarankan dia mengubah sikap menghadapi To dan orangtua. Cobalah lebih berkepala dingin. Jangan marah dan jengkel menghadapi To. Kalau bisa bicaralah baik-baik dengan dia, misalnya mengenai masih banyaknya perempuan yang lebih ”pantas” baginya atau ia akan rugi bila terus mendekatinya.

Ubah persepsi To meneror atau cari muka kepada orangtua. Lihatlah itu sebagai hal yang wajar dia lakukan karena ia sebenarnya telanjur cinta kepada Anda. Hanya, Anda tak bisa menerima sifatnya berselingkuh. Ia harus belajar mencontoh strategi dan kelihaian To mendekati orangtua.

Jadi, usahakan memperbaiki hubungan dan berkomunikasi yang baik dengan orangtua. Bantu keperluan mereka sehari-hari dengan ikhlas. Jika perlu, ajak Bi mendapat kesempatan menolong sebanyak mungkin. Tidak harus berupa materi, bantuan tenaga juga bisa. Upayakan Bi lebih banyak berjumpa dengan orangtua untuk mendapat kesempatan saling mengenal dan menunjukkan kebaikan dirinya. Tunjukkan Bi lebih setia dan bertanggung jawab. Dengan demikian, secara bertahap orangtua dapat mengubah pandangan dan sikap kepada Bi.

Berdayakan diri
Jadikan diri anda agar bisa menghadapi masalah seperti ini, berfikirlah positive karna ketika kita diterpa masalah, bagaimana kita bisa mengkondisikan keadaan kita agar terguncang terlalu parah, apabila sikologis terkena sindrom yang terguncang akan berakibat hilangnya akal sehat kita dan bisa menjadi tindakan yang merugikan diri sendiri.
Ia juga perlu merenungkan keinginan orangtua. Pasti tak ada orangtua akan menjerumuskan anaknya. Mereka bermaksud baik, hanya cara mengomunikasikannya tidak bijak dan menyakitkan hati. Jangan memasukkan ke perasaan terlalu dalam bila orangtua menjelekkan Bi, anggap sebagai ungkapan kekhawatiran mereka terhadap masa depan putrinya. Sebagai anak kita haruslah terbuka kepada orangtua, terbuka dalam artian ketika memilih pasangan/menjalani hubungan , masalah, kebahagaiaan, inspirasi,dll. Yang menjadikan akrab terhadap orangtua, orangtua akan lebih senang apabila anaknya terbuka dan orangtuanya dijadikan sebagai tempat curahan atau sebagai teman.
Masih banyak orangtua bertindak dominan dalam menentukan siapa yang layak menjadi pasangan putra-putri mereka. Hal ini sebenarnya juga tidak tepat karena akhirnya banyak pula anak memaksakan kehendak mereka dengan lari dari rumah. Sedapat mungkin hal ini jangan sampai terjadi. Kita harus bersihkukuh dan mau berbicara baik kepada orangtua agar mereka bisa memahami situasi kita seperti ini, disini anak yang merasakan bagaimana menjalani hubungan dengan kedua pria tersebut, mana yang baik dan tidak, disitulah bagaimana kita meyakini kedua orangtua atas pilihan anaknya.

Selanjutnya upayakan agar ia tetap menjalani tugas pada aspek kehidupan lain, seperti bekerja, melakukan hobi, dan beristirahat. Jangan hanya memikirkan konflik itu sepanjang hari agar Anda juga dapat menambah energi.

Bacalah humor segar sehubungan dengan kondisi orangtua yang suka memaksa supaya lebih relaks, dan yang terpenting berinteraksi dengan teman-teman agar bisa menjauhi paksaan orangtua yang memaksa, ketika kita berinteraksi dengan teman pasti masalah akan ternetralisir,kenapa di samping berinteraksi, banyol dan candaan bisa menjadikan kenyamanan dan ketenangan dihati.
(Ada dua aturan untuk oarang tua. Pertama: orangtua selalu benar. Kedua: jika orangtua bersalah, lihatlah aturan pertama.)

Saran
Untuk memecahkan masalah ini kita harus lah saling terbuka terhadap orang tua kita,seperti, curhat kepada ibu,agar ketika kita dilanda masalah ini kita bisa membawa masalah ini dengan seperti orang yang tak punya masalah,apalagi masalah tentang percintaan,dan kita berusaha menjelaskan hubungan dengan seseorang,maka orang tua akan memberikan solusi tarbaik bagi anaknya. Memang masalah ini sungguh rumit,apa lagi sudah melakukan hubungan yang di larang oleh agama dan di benci olah orang tua yang mempunyai anak seperti ini,jelas orang tua sangat kecewa pada kita,tapi di balik ini semua pasti ada hikmahnya. Disini soft skill kita diuji agar menjadi manusia yang tegar dan siap menerima terpaan dari mana saja dan kapan saja.

Konflik Dengan Orang Tua

Terasa begitu berat jika hidup yang kita jalani hampir selalu terjadi perbedaan pendapat dengan orang tua, dan meskipun sebenarnya orang tua tidak ingin anaknya berjalan pada kehidupan yang tidak menyenangkan tetap saja selalu terjadi perbedaan pendapat. Pengambilan keputusan menjadi relatif mudah bila konflik itu mengenai hal yang sama-sama diinginkan. Ini disebut konflik mendekat-mendekat, misalnya ingin berkunjung kepada ibu atau kepada atasan pada hari Lebaran. Atau antara dua hal yang sama-sama ingin dihindari yang disebut konflik menjauh-menjauh. Misalnya, harus bekerja atau melanjutkan kuliah. Paling sulit memutuskan konflik bersifat mendekat-menjauh, seperti dialami seseorang berikut ini.

Saya menjalin hubungan dengan To hampir dua tahun. Saya memutuskan berpisah karena dia telah empat kali berkhianat dengan menduakan saya. Pertama masih saya maafkan dengan harapan dia bisa berubah. Hingga empat kali, saya benar-benar tak sanggup lagi.

Saya sangat menyesal pernah melakukan hubungan terlarang dengan dia. Mungkin ini yang membuat saya berat melepas hingga dia besar kepala dan tega menyakiti saya berkali-kali. Akhirnya saya mengenal Bi. Orangnya baik dan jujur menceritakan latar belakang keluarganya. Kami pun berpacaran. Dari awal saya berusaha jujur juga. Saya katakan saya sudah tidak perawan lagi dan dia bisa menerima keadaan. Dua bulan kemudian To muncul lagi. Dia ingin kembali kepada saya. Saya bingung, tetapi tak tega kalau harus menyakiti Bi. To terus meneror lewat SMS, telepon, dan datang ke rumah. Dia bahkan mohon kepada Bi lewat e-mail. Saya jadi habis kesabaran dan benci kepada dia. Saya jutekin kalau datang. Celakanya dia berhasil menarik simpati orangtua dan saudara saya. Mereka menceramahi dan memarahi saya. Saya dibilang kejam dan tidak sopan. Ibu tidak setuju saya berpacaran dengan Bi dan berharap kembali kepada To. Sekarang saya dan Bi sudah bekerja, Bi giat bekerja agar nantinya bisa menikahi saya. Yang memusingkan saya, saya tidak ingin mengecewakan orangtua, tetapi juga tidak mau kehilangan Bi. Saya stres banget menghadapi hal ini.”

Konflik mendekat-menjauh

Konflik yang dihadapi memang berat. Ia bermaksud melanjutkan hubungan serius dengan Bi. Ia merasa aman dan cocok dengan Bi (mendekat), tetapi dia juga takut berdosa dan mengecewakan bila tak patuh kepada orangtua (menjauh).

Konflik semacam ini lebih sulit menyelesaikannya dan menghabiskan banyak pikiran. Wajar jika ia tak bisa fokus dan ingin pergi ke psikiater karena sudah merasa tak bisa menghadapinya. Sebab itu, sebaiknya Na tidak terburu-buru mengambil keputusan. Banyak hal perlu dipertimbangkan.

Sebelum berkonsultasi dengan ahli dan berobat, saya menyarankan dia mengubah sikap menghadapi To dan orangtua. Cobalah lebih berkepala dingin. Jangan marah dan jengkel menghadapi To. Kalau bisa bicaralah baik-baik dengan dia, misalnya mengenai masih banyaknya perempuan yang lebih ”pantas” baginya atau ia akan rugi bila terus mendekatinya.

Ubah persepsi To meneror atau cari muka kepada orangtua. Lihatlah itu sebagai hal yang wajar dia lakukan karena ia sebenarnya telanjur cinta kepada Anda. Hanya, Anda tak bisa menerima sifatnya berselingkuh. Ia harus belajar mencontoh strategi dan kelihaian To mendekati orangtua.

Jadi, usahakan memperbaiki hubungan dan berkomunikasi yang baik dengan orangtua. Bantu keperluan mereka sehari-hari dengan ikhlas. Jika perlu, ajak Bi mendapat kesempatan menolong sebanyak mungkin. Tidak harus berupa materi, bantuan tenaga juga bisa. Upayakan Bi lebih banyak berjumpa dengan orangtua untuk mendapat kesempatan saling mengenal dan menunjukkan kebaikan dirinya. Tunjukkan Bi lebih setia dan bertanggung jawab. Dengan demikian, secara bertahap orangtua dapat mengubah pandangan dan sikap kepada Bi.

Berdayakan diri

Ia juga perlu merenungkan keinginan orangtua. Pasti tak ada orangtua akan menjerumuskan anaknya. Mereka bermaksud baik, hanya cara mengomunikasikannya tidak bijak dan menyakitkan hati. Jangan memasukkan ke perasaan terlalu dalam bila orangtua menjelekkan Bi, anggap sebagai ungkapan kekhawatiran mereka terhadap masa depan putrinya.

Masih banyak orangtua bertindak dominan dalam menentukan siapa yang layak menjadi pasangan putra-putri mereka. Hal ini sebenarnya juga tidak tepat karena akhirnya banyak pula anak memaksakan kehendak mereka dengan lari dari rumah. Sedapat mungkin hal ini jangan sampai terjadi.

Selanjutnya upayakan agar ia tetap menjalani tugas pada aspek kehidupan lain, seperti bekerja, melakukan hobi, dan beristirahat. Jangan hanya memikirkan konflik itu sepanjang hari agar Anda juga dapat menambah energi.

Bacalah humor segar sehubungan dengan kondisi orangtua yang suka memaksa supaya lebih relaks, misalnya humor seperti ini: There are 2 rules for parents. Rule number one: parents are always right, Rule number two: when parents are wrong, see rule number one.” (Ada dua aturan untuk orangtua. Pertama: orangtua selalu benar. Kedua: jika orangtua bersalah, lihatlah aturan pertama.)